Industri blockchain telah mengalami pelanggaran keamanan besar akibat kerentanan smart contract, yang menyebabkan kerugian finansial dalam jumlah besar. Peretasan DAO pada tahun 2016 di Ethereum memperlihatkan penyerang memanfaatkan kerentanan recursive call hingga berhasil menguras ETH senilai $60 juta. Peristiwa ini sangat penting hingga memicu terjadinya hard fork Ethereum, yang melahirkan Ethereum Classic. Baru-baru ini, pada 2022, eksploitasi Ronin Bridge menyebabkan sekitar $624 juta dicuri melalui node validator yang telah dikompromikan, mencatatkan salah satu pencurian kripto terbesar sepanjang sejarah.
| Insiden | Tahun | Jumlah Kerugian | Jenis Kerentanan |
|---|---|---|---|
| DAO Hack | 2016 | $60Jt | Bug Recursive Call |
| Poly Network | 2021 | $611Jt | Cacat Protokol Cross-chain |
| Ronin Bridge | 2022 | $624Jt | Node Validator Terkompromi |
| Wormhole | 2022 | $326Jt | Pembobolan Verifikasi Tanda Tangan |
Serangan pada Wormhole bridge di Februari 2022 melibatkan celah verifikasi tanda tangan yang memungkinkan peretas mencetak token tanpa dukungan aset yang sah. Insiden Poly Network memperlihatkan bahwa jembatan cross-chain merupakan salah satu vektor serangan paling rentan. Peristiwa-peristiwa ini menegaskan pentingnya audit keamanan menyeluruh dan proses verifikasi formal sebelum meluncurkan smart contract yang mengelola aset bernilai besar. Proyek seperti Sui mengambil pelajaran dengan menerapkan model keamanan lebih kokoh dalam bahasa pemrograman Move, yang secara khusus dirancang untuk menghindari kerentanan umum pada platform smart contract generasi awal.
Bursa kripto telah menghadapi pelanggaran keamanan besar yang mengguncang industri aset digital secara menyeluruh. Dunia kripto telah menyaksikan sejumlah peretasan bursa yang menghancurkan dan menyebabkan kerugian finansial sangat besar. Insiden Coincheck tahun 2018 menjadi salah satu yang paling dikenal, dengan peretas membawa kabur lebih dari $530 juta token NEM. Kasus terkenal lainnya adalah runtuhnya Mt. Gox pada 2014, di mana sekitar $460 juta Bitcoin raib tak tersisa.
| Peretasan Bursa | Tahun | Jumlah Dicuri | Kriptokurensi |
|---|---|---|---|
| Coincheck | 2018 | $530 juta | NEM |
| Mt. Gox | 2014 | $460 juta | Bitcoin |
| KuCoin | 2020 | $281 juta | Berbagai token |
| BitGrail | 2018 | $170 juta | Nano |
| Bitfinex | 2016 | $72 juta | Bitcoin |
Peristiwa-peristiwa ini menyoroti kelemahan kritis pada infrastruktur keamanan bursa. Dampaknya tidak hanya terbatas pada kerugian finansial langsung, tetapi juga merusak kepercayaan investor dan memicu pengawasan regulasi. Sebagian besar bursa kini telah meningkatkan protokol keamanan dengan menerapkan dompet multisignature dan solusi cold storage. Gate telah memperkuat sistem keamanannya pasca berbagai insiden industri tersebut, melindungi pengguna dengan enkripsi canggih dan audit keamanan berkala. Kasus-kasus bersejarah ini menjadi pengingat penting untuk selalu menjaga perlindungan keamanan yang kuat di ekosistem kripto yang terus berubah.
Bursa kripto terpusat telah membuktikan betapa fatalnya risiko kustodi jika terwujud. Tragedi Mt. Gox tahun 2014 berakibat pada hilangnya sekitar 850.000 BTC, senilai $450 juta pada saat itu, atau sekitar 7% dari seluruh Bitcoin yang beredar. Kejadian ini mengungkap cacat keamanan mendasar serta praktik tata kelola yang buruk sehingga aset nasabah sangat rentan.
Pada 2022, kehancuran FTX mengungkapkan pengelolaan yang bahkan lebih buruk, dengan sekitar $8 miliar dana nasabah dilaporkan disalahgunakan. Perbandingan kedua peristiwa penting ini memperlihatkan perkembangan risiko kustodi terpusat:
| Aspek | Mt. Gox (2014) | FTX (2022) |
|---|---|---|
| Aset Hilang | 850.000 BTC (~$450Jt) | ~$8 miliar |
| Penyebab Utama | Kerentanan keamanan, tata kelola kode buruk | Dugaan penipuan, pencampuran dana |
| Dampak Pasar | Harga BTC turun 36% | Kapitalisasi pasar kripto turun 20% |
| Dampak Regulasi | Regulasi awal di Jepang | Pendorong regulasi global |
Studi kasus ini membuktikan bahwa meskipun teknologi berkembang dan pasar semakin dewasa selama delapan tahun, bursa terpusat tetap membawa risiko kustodi sangat besar. Dampak dari keruntuhan-keruntuhan ini mendorong berkembangnya solusi self-custody dan platform trading non-kustodial, karena pengguna semakin sadar pentingnya mengendalikan private key dan aset digital mereka sendiri.
Sui adalah blockchain layer-1 yang dirancang untuk transaksi cepat dan biaya rendah. Teknologi ini menggunakan mekanisme konsensus baru dan mendukung smart contract dengan fokus pada skalabilitas dan efisiensi dalam ekosistem Web3.
Ya, Sui berpotensi mencapai $10 pada tahun 2025 dengan dukungan teknologi kuat dan ekosistem yang terus tumbuh. Namun, hal ini tetap sangat tergantung pada kondisi pasar serta tingkat adopsi.
Ya, SUI adalah aset kripto menjanjikan dengan potensi besar. SUI menawarkan transaksi cepat, biaya rendah, serta kemampuan smart contract inovatif sehingga menarik untuk pengembang dan pengguna di ekosistem Web3.
Meski ambisius, Sui berpeluang mencapai $50 dengan dukungan teknologi yang kuat dan ekosistem yang berkembang. Kondisi pasar serta tingkat adopsi akan menjadi faktor penentu utama dalam potensi harga ke depan.
Bagikan
Konten